BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Banyak orang yang belajar didunia ini. Namun sungguh dapat
dipastikan bahwa dari sekian orang yang belajar. Yang hanya dilakukan adalah
belajar dan belajar. Dan sebenarnya sebagian orang yang belajar sendiri tidak
tau apa itu belajar ??. Apakah belajar itu hanya membaca, menulis dan berhitung
??. oh, itu sungguh salah. Belajar sesungguhnya bukan hanya sebatas itu.
Belajar memiliki arti sendiri. Dan begitu banyak tentang
pengertian dari belajar itu sendiri. Belajar bukan hanya sekedar tau saja
Belajar juga ada tujuaan belajarnya. Bukan hanya sekedar belajar saja. Dan juga
penting untuk seorang guru mengetahui jenis-jenis masalah belajar di SD.
Sehingga guru mampu mengkondisikan siswa-siswanya yang bermasalah dalam
belajar.
Pemikiran inilah
menjadi latar belakang betapa pentingnya seorang guru mampu memahami pengertian
dari belajar, tujuan belajar dan masalah-masalah belajar apa saja di SD.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka rumusan
masalahnya adalah ;
1.
Apa yang dimaksud dengan pengertian belajar ?
2.
Apa tujuan belajar ?
3.
Apa Jenis-jenis masalah belajar di SD ?
C.
Tujuan
Dari pembahasan ini diharapkan agar ;
1.
Dapat mengerti dan memahami prngrtian dari belajar
2.
Mengetahui tujuan belajar
3.
Memahami jenis-jenis masalah belajar di SD
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Belajar
Belajar
merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan
acuan interaksi. Didalamnya dikembangkan teori –teori yang meliputi teori
tentang tujuan pendidikan, organisasi kurikulum, isi ‘kurikulum, dan
modul-modul pengembangan kurikulum. (DR. H Syaiful Sagala, M.Pd.,2008)
Sedangkan
menurut Morgan, et.al (1986) belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan
tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan dan
pengalaman. Pendapat ini serupa dengan pendapat Cronbach (Suryobroto, 1983)
yakni “Learning is shown by a change in
behavior as results of experience”, dan pendapat Mazur dan
Rocklin (Slavin, 1997) bahwa : “Learning is usually defined as a change in an
individual caused by experience”. Demikian juga Reber
(1988) yang mengemukakan bahwa “Learning
is a relatively permanent change in response potentiality which occurs as a
result of reinforced practice”, belajar merupakan suatu perubahan kemampuan
bereaksi yang relatif tetap sebagai hasil latihan yang diperkuat.
Ormrod (1995) mendeskripsikan adanya dua definisi belajar yang
berbeda. Difinisi pertama menyatakan bahwa, ”Learning is relatively permanent change in behavior due to experience”, belajar merupakan
perubahan perilaku yang relatif permanen karena pengalaman. Sedangkan definisi
kedua menyatakan bahwa, “Learning
is relatively permanent change in mental associations due to experience”, belajar merupakan
perubahan mental yang relative permanen karena pengalaman. Sehingga,
belajar diartikan sebagai tahapan aktivitas yang menyebabkan terjadinya
perubahan perilaku dan mental yang relatif sebagai bentuk respon terhadap
situasi dan interaksi dengan lingkungan.
Pengertian- pengertian ini memperlihatkan adanya
beberapa karakteristik, bahwa :
a. Belajar merupakan suatu aktivitas yang
menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar.
b. Perubahan tersebut berupa
kemampuan baru dalam memberikan tanggapan terhadap suatu rangsangan.
c. Perubahan itu terjadi
secara permanen.
d. Perubahan tersebut
terjadi bukan karena proses pertumbuhan atau kematangan fisik, melainkan karena usaha sadar.
Belajar merupakan tindakan
dan perilaku siswa yang kompleks. Dimyati dan Mudjiono (1996:7) mengemukakan
bahwa penentu dari proses belajar adalah siswa. Selain itu Hilgard dan Marquis
berpendapat bahwa belajar merupakan proses pencarian ilmu dalam diri sendiri
melalu latihan, pembelajaran, dan yang lainnya sehingga terjadi perubahan dalam
diri. James L. Mursell mengemukakan belajar adalah upaya yang dilakukan dengan
mengalami, mencari, menelusuri dan memperoleh sendiri apa yang kita inginkan.
Menurut Gage (1984) belajar
adalah sebagai suatu proses dimana seorang individu berubah perilakunya sebagai
akibat dari pengalaman. Sedangkan Henry E. Garret berpendapat, belajar
merupakan proses yang terjadi dalam jangka waktu yang lama melalui latihan yang
membawa terjadinya perubahan dalam diri sendiri. Kemudian Lester D. Crow
mengemukakan bahwa belajar ialah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan,
pengetahuan, dan sikap-sikap. (DR. H Syaiful Sagala, M.Pd.,2008)
Selanjutnya berikut ini
pendapat beberapa ahli pendidikan dan psikologi tentang belajar yaitu:
1.
Belajar
menurut pandangan Skinner
Belajar menurut pandangan B. F. Skinner
(1958) merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam peluang munculnya
respon.
2.
Belajar
menurut pandangan Robert M. Gagne
Meunurut Robert M. Gagne (1970), belajar
merupakan perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah
belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan
saja.
3.
Belajar
menurut pandangan Piaget
Jean Piaget seorang psikologis Swiss
(1896-1980) mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian belajar adalah
perubahan struktural yang saling melengkapi antara proses penyesuaian dan
penyusunan kembali (pengubahan) informasi baru terhadap informasi yang telah
kita miliki sehingga informasi baru tersebut dapat disesuaikan dengan baik.
4.
Belajar
menurut pandangan Carl R. Rogers
Menurut pendapat Carl R. Rogers (ahli psiko
terapi) belajar adalah suatu kebebasan atau kemerdekaan untuk mengetahui
sesuatu yang baik dan yang buruk, tetapi dengan penuh tanggung jawab.
5.
Belajar
menurut pandangan Benjamin Bloom
Menurut Benjamin Bloom (1956) belajar adalah
perubahan kualitas kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik untuk
meningkatkan taraf hidupnya sebagai pribadi, sebagai masyarakat, maupun sebagai
mahluk Tuhan Yang Maha Esa.
6.
Belajar
menurut pandangan Jerome S. Bruner
Jerome S. Bruner (1960) seorang ahli
psikologi perkembangan dan ahli psikologi belajar kognitif. Menurutnya belajar
adalah suatu cara bagaiman orang memilih, mempertahankan, dan mentransformasi
informasi secara efektif.
Bertitik tolak dari
pandangan para ahli tersebut yang berbeda-beda, namun diantara mereka terdapat
kesamaan makna dari pengertian belajar yaitu menunjukkan kepada ”suatu proses perubahan perilaku atau pribadi
seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu”. Hal-hal pokok
dalam pengertian belajar adalah belajar itu membawa perubahan tingkah laku
karena pengalaman dan latihan, perubahan itu utamanya didapat karena kemampuan
baru, dan perubahan itu terjadi karena disengaja.
B. Tujuan Belajar
Tujuan
belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi perubahan tingkah laku dari
individu setelah individu tersebut melaksanakan proses belajar. Melalui belajar
diharapkan dapat terjadi perubahan (peningkatan) bukan hanya pada aspek
kognitif, tetapi juga pada aspek lainnya. Selain itu tujuan belajar yang
lainnya adalah untuk memperoleh hasil belajar dan pengalaman hidup. Benyamin S
Bloom, menggolongkan bentuk tingkah laku sebagai tujuan belajar atas tiga
ranah, yakni:
1. Ranah
kognitif berkaitan dengan perilaku yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui,
dan memecahkan masalah. Ranah kognitif menurut Bloom, et.al (Winkel, 1999;
Dimyati & Modjiono, 1994) dibedakan atas 6 tingkatan dari yang sederhana
hingga yang tinggi, yakni:
a. Pengetahuan
(knowledge), meliputi kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan
tersimpan dalam ingatan.
b. Pemahaman
(comprehension), meliputi kemampuan menangkap arti dan makna dari hal yang
dipelajari. Ada tiga subkategori dari pemahaman, yakni:
1) Translasi,
yaitu kemampuan mengubah data yang disajikan dalam suatu bentuk ke dalam bentuk
lain.
2)
Interpretasi,
yaitu kemampuan merumuskan pandangan baru
3)
Ekstrapolasi,
yaitu kemampuan meramal perluasan trend atau kemampuan meluaskan trend di luar
data yang diberikan
c. Penerapan
(aplication), meliputi kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.
d. Analisis
(analysis), meliputi kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian
sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Analisis dapat pula
dibedakan atas tiga jenis, yakni:
1)
Analisis
elemen, yaitu kemampuan mengidentifikasi dan merinci elemen-elemen dari suatu
masalah atau dari suatu bagian besar.
2)
Analisis
relasi, yaitu kemampuan mengidentifikasi relasi utama antara elemen-elemen
dalam suatu struktur.
3)
Analisis
organisasi, yaitu kemampuan mengenal semua elemen dan relasi dari struktur
kompleks.
e. Sintesis
(synthesis), meliputi kemampuan membentuk suatu pola baru dengan memperhatikan
unsur-unsur kecil yang ada atau untuk membentuk struktur atau sistem baru.
Dilihat dari segi produknya, sintesis dapat dibedakan atas:
1)
Memproduksi
komunikasi unik, lisan atau tulisan
2)
Mengembangkan
rencana atau sejumlah aktivitas
3)
Menurunkan
sekumpulan relasi-relasi abstrak
f. Evaluasi
(evaluation), meliputi kemampuan membentuk pendapat tentang sesuatu atau
beberapa hal dan pertanggungjawabannya berdasarkan kriteria tertentu.
2. Ranah
afektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, minat, aspirasi dan penyesuaian
perasaan sosial. Ranah efektif menurut Karthwohl dan Bloom (Bloom.,et.al,1971)
terdiri dari 5 jenis perilaku yang diklasifikasikan dari yang sederhana hingga
yang kompleks, yakni:
a. Penerimaan
(reseving) yakni sensitivitas terhadap keberadaan fenomena atau stimuli
tertentu, meliputi kepekaan terhadap hal-hal tertentu, dan kesediaan untuk
memperhatikan hal tersebut.
b. Pemberian
respon (responding) yakni kemampuan memberikan respon secara aktif terhadap
fenomena atau stimuli.
c. Penilaian
atau penentuan sikap (valuing) yakni kemampuan untuk dapat memberikan penilaian
atau pertimbangan terhadap suatu objek atau kejadian tertentu.
d. Organisasi
(organization), yakni konseptualisasi dari nilai-nilai untuk menentukan
keterhubungan diantara nilai-nilai.
e.
Karakterisasi,
yakni kemampuan yang mengacu pada karakter dan gaya hidup seseorang.
3. Ranah
psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan (skill) yang
bersifat manual dan motorik. Ranah psikomotor menurut Simpson (Winkel,
1999;Fleishman & Quaintance, 1984) dapat diklasifikasikan atas:
a. Persepsi
(perception), meliputi kemampuan memilah-milah 2 perangsang atau lebih
berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing
perangsang.
b. Kesiapan
melakukan suatu pekerjaan (set), meliputi kemampuan menempatkan diri dalam
keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan.
c. Gerakan
terbimbing (mechanism), meliputi kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh atau
gerak peniruan.
d. Gerakan
terbiasa, meliputi kemampuan melakukan suatu rangkaian gerakan dengan lancar,
karena sudah dilatih sebelumnya.
e. Gerakan
kompleks (complex overt response), meliputi kemampuan untuk melakukan gerakan
atau keterampilan yang terdiri dari beberapa komponen secara lancar, tepat, dan
efisien.
f. Penyesuaian
pola gerakan (adaptation), meliputi kemampuan mengadakan perubahan dan
penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku.
g.
Kreativitas,
meliputi kemampuan melahirkan pola gerak-gerik yang baru atas dasar prakarsa
dan inisiatif sendiri.
C.
Jenis Masalah Belajar di SD
A. Pengertian masalah
Banyak ahli yang mengungkapkan pengertian masalah, ada yang
melihat masalah sebagai ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada
yang melihatnya sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seorang dan ada pula yang
mengartikan sebagai suatu hal yang tidak mengenakkan. “Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh
murid dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan”.
B.
Ciri-ciri masalah
Prayitno (1985) mengemukakan
ciri-ciri masalah ialah:
- Masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya.
- Menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain.
- Ingin atau perlu dihilangkan.
Setiap masalah yang dialami seseorang biasanya mengandung
satu atau lebih ciri diatas. Untuk mendalami hal tersebut kita dapat melihat
diri sendiri sebagai contoh. Adakah suatu hal, kejadian suasana atau gejala
yang tidak disukai adanya, yang dapat menimbulkan kesulitan atau kerugian bagi
diri sendiri ataupun bagi orang lain dan atau ingin dihilangkan. Jika ada maka
hal itu bisa dikatakan sebagai ciri-ciri adanya masalah pada diri sendiri.
Masalah seperti diatas dapat terjadi pada siapa saja,
termasuk murid sekolah dasar. Masalah itu perlu diupayakan penanggulangannya.
C. Jenis-jenis masalah
Jenis-jenis masalah yang dialami murid sekolah dasar bisa bermacam-macam.
Prayitno (1985) menyusun serangkaian masalah murid sekolah dasar.
Masalah-masalah itu diklarifikasikan atas:
- masalah perkembangan jasmani dan kesehatan.
- masalah keluarga dan rumah tangga.
- masalah-masalah psikologis.
- masalah-masalah social.
- masalah kesulitan dalam belajar.
- masalah motivasi dan pendidikan pada umumnya.
Masalah
masalah belajar memiliki bentuk yang beragam, menurut Prayitno, mengemukakan
masalah-masalah belajar sebagai berikut:
1.
kemampuan
akademik, yaitu keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup
tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal.
2.
ketercepatan
dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki IQ 130 atau lebih tetapi masih
memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajar
yang amat tinggi itu.
3.
sangat
lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki akademik yang kurang
memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran
khusus.
4.
kurang
motivasi dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang kurang bersemangat dalam
belajar mereka seolah-olah tampak jera dan malas.
5.
bersikap
dan berkebiasaan buruk dalam belajar, yaiti kondisi siswa yang perbuatan dan
kegiatan belajarnya sehari-hari antagonistic dengan yang seharusnya, seperti
suka menunda-nunda tugas, mengulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya
untuk hal-hal yang tidak diketahuinya dan sebagainya.
Selain yang dikemukankan diatas, berikut ini juga masalah-masalah yang ada di SD :
1.
Learning Disorder atau kekacauan belajar
Adalah
keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang
bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya
tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya
respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih
rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan
olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan
dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
2.
Learning
Disfunction
Merupakan
gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik,
meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas
mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa
yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi
atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka
dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
3.
Under
Achiever
Mengacu
kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang
tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh :
siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan
tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa
saja atau malah sangat rendah.
4.
Learning
Disabilities atau ketidakmampuan belajar
Mengacu
pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga
hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
Bila diamati, ada sejumlah siswa yang mendapat kesulitan dalam mencapai hasil belajar secara tuntas dengan variasi dua kelompok besar. Kelompok pertama merupakan sekelompok siswa yang belum mencapai tingkat ketuntasan, akan tetapi sudah hampir mencapainya. Siswa tersebut mendapat kesulitan dalam menetapkan penguasaan bagian-bagian yang sulit dari seluruh bahan yang harus dipelajari.
Bila diamati, ada sejumlah siswa yang mendapat kesulitan dalam mencapai hasil belajar secara tuntas dengan variasi dua kelompok besar. Kelompok pertama merupakan sekelompok siswa yang belum mencapai tingkat ketuntasan, akan tetapi sudah hampir mencapainya. Siswa tersebut mendapat kesulitan dalam menetapkan penguasaan bagian-bagian yang sulit dari seluruh bahan yang harus dipelajari.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman
individu untuk sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.
Perubahan-perubahan tersebut dapat dilihat dari penguasaan pola-pola respons
terhadap lingkungan disekitarnya, yang berupa ketrampilan-ketrampilan, sikap,
kecakapan, pengetahuan, pengalaman, dan apresiasi.secara komprehensif belajar
mempunyai pengertian usaha untuk memperoleh perubahan tingkah laku.perubahan
yang terjadi dalam preses ini adalah sifatnya, karena tidak setiap perubahan
yang dialami oleh anak didik diartikan sebagai belajar. Pemahaman tentang
bimbingan belajar sangat penting untuk difahamkan kepada peserta didik, sesuai
dengan tujuan dan jenis-jenis masalah belajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar