Jumat, 27 Desember 2013

MAKALAH KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA


KESULITAN BELAJAR



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Matematika adalah pelajaran yang tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari. Kegiatan yang dilakukan oleh manusia selalu menghadirkan konsep matematika seperti menghitung, membagi, menjumlahkan, dan mengurangi. Belajar matematika juga mampu melatih seseorang untuk berpikir logis dan teliti. Peran matematika yang besar bagi kehidupan manusia menjadikan matematika sebagai pelajaran yang jadikan syarat bagi kelulusan siswa untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi.
Matematika sudah diajarkan mulai dari pendidikan dasar atau Sekolah Dasar (SD) sampai dengan perguruan tinggi. Meskipun matematika sudah diajarkan sejak SD, masih banyak siswa pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi kurang menguasai konsep matematika. Bahkan terkadang pelajaran matematika telah menjadi penyebab kegagalan siswa untuk lulus ujian sekolah sehingga pelajaran matematika dianggap sangat menakutkan bagi siswa. kondisi ini telah memicu banyaknya bermunculan les privat atau bimbingan belajar matematika.
Masyarakat biasanya menganggap siswa yang tidak pandai dalam pelajaran matematika adalah siswa yang bodoh. Angapan tersebut adalah anggapan yang salah karena secara psikologi, kemampuan seseorang bisa dilatih. Siswa yang kurang pandai dalam pelajaran matematika adalah siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. kesulitan belajar tidak hanya disebabkan oleh gangguan sistem saraf (dyscalculia), namun juga disebabkan oleh kurangnya kualitas materi, metode pembelajaran yang mekanistik, dan model pembelajaran yang monoton atau sulitnya konsep matematika untuk dipahami.
Mengingat pentingnya pelajaran matematika, kesulitan belajar matematik tersebut harus segera diatasi supaya anak bisa menyerap informasi matematika dengan mudah. Sayangnya, banyak guru dan orang tua yang belum mengetahui informasi tentang kesulitan belajar siswa sehingga cap “anak bodoh” masih sering terdengar. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengkajian tentang kesulitan belajar matematika siswa SD. Kajian ini bertujuan memberikan informasi kepada masyarakat khususnya guru dan orang tua tentang kesulitan belajar matematika dan cara menanganinya.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang dirumuskan dalam makalah ini adalah:
1.      Apa sajakah faktor-faktor penyebab kesulitan belajar matematika pada anak?
2.      Apa sajakah gejala yang tinbul ketika anak mengalami kesulitan belajar?
3.      Bagaiman cara mengatasi kesulitan belajar matematika pada anak?

C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan Karya Ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa SD dalam menyelesaikan soal-soal Matematika.
2.      Untuk mengetahui penyebab kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa SD dalam menyelesaikan soal-soal Matematika.
3.      Untuk mengetahui tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk mengatasi kesulitan siswa SD dalam menyelesaikan soal-soal Matematika.



BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kesuliatan Belajar Matematika
Menurut National Institute of Health USA (Ridwan Idris, 2009), kesulitan belajar adalah hambatan atau gangguan belajar pada anak yang di tandai oleh adanya kesenjangan yang di signifikan antara taraf intelegensia dan kemampuan akademik yang seharusnya di capai. Selain definisi tersebut,  menurut Sudrajat (2009) kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas di antaranya:
a.      Learning Disorder
Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Contoh: siswa yang sudah terbiasa dengan olahraga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.

b.      Learning Disfunction
Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya sisiwa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental dan gangguan psikologis lainnya. Contoh: siswa yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dia sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah di latih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.

c.     Under Achiever
Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki timgkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh: siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130-140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.

d.     Slow Learner
Slow Learner atau kambat belajar adalah sisiwa yang lambat dalam prosses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memmiliki taraf potensi intelektual yang sama.

e.     Learning Disabilitas
Learnimg Disabilitas atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau manghindari belajar, srhingga hasil belajar di bawah potensi intelekualnya.

Pengertian matematika menurut  Johnson  dan  Mykleburt yang  dikutip  Mulyono  Abdurrahman  (1999),  matematika  adalah  bahasa simbolis  yang  fungsi  praktisnya  untuk  mengekspresikan  hubungan-hubungan kuantitatif  dan  keruangan  sedangkan  fungsi  teoretisnya  adalah  untuk memudahkan berpikir. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian kesulitan belajar matematika adalah hambatan atau gangguan belajar pada anak yang di tandai oleh ketidak mampuan anak untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif  dan  keruangan.
Dari pernyataan di atas, dapat di simpulkan bahwa kesulitan belajar matematika adalah suatu kesulitan yang berdampak serius pada kamampuan anak didik dalam menerima pelajaran matematika. Kesulitan tersebut berasal dari luar (eksternal) dan dari dalam (internal) anak didik.

B.  Faktor yang Menyebabkan Kesulitan Belajar Matematika
Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajar. Namun kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku (misbehavior) siswa seperti kesukaan berteriak-teriak didalam kelas, mengusik teman, berkelahi, dan sering bolos dari jam pelajaran matematika. Adapun faktor-faktor penyebab kesulitan belajar anak antara lain:
1.      Faktor Internal Siswa
Menurut Muhibbin Syah (2009), faktor internal adalah hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri. Menurut Resty Rahajeng (tanpa tahun) faktor internal siswa yang menyebabkan kesulitan belajar matematika dapat berupa fisiologis, kecerdasan, motivasi, dan minat.
a.       Fisiologis
Faktor fisiologis berkaitan dengan kurang berfungsinya otak, susunan syaraf atau pun bagian-bagian tubuh yang lain. Guru harus menyadari bahwa hal yang paling berperan pada waktu belajar adalah kesiapan otak dan sistem syaraf dalam menerima, memproses, menyimpan dan memunculkan kembali informasi yang sudah disimpan. Kondisi fisik yang berkaitan dengan kesehatan anak juga sangat mempengaruhi proses belajar anak, pada saat anak sakit tentunya akan mengalami kelemahan secara fisik sehingga proses menerima atau memahami pelajaran menjadi tidak sempurna. Selain sakit faktor fisiologis lainnya yang dapat menyebabkan munculnya masalah kesulitan belajar adalah cacat tubuh, seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, gangguan gerak, serta cacat tubuh yang tetap seperti buta, tuli, bisu dan lain sebagainya.
 
b.      Kecerdasan (IQ)
Keberhasilan individu mempelajari berbagai pengetahuan ditentukan pula oleh tingkat kecerdasannya. Bila seseorang telah mempelajari suatu ilmu pengetahuan, tetapi kecerdasan individu yang bersangkutan kurang mendukung, maka pengetahuan yang telah dipelajarinya tetap tidak akan dimengerti.

c.       Motivasi
Motivasi juga sangat menentukan keberhasilan belajar. Motivasi merupakan dorongan untuk mengerjakan sesuatu. Dorongan tersebut ada yang datang dari dalam individu yang bersangkutan dan ada pula yang datang dari luar individu, seperti peran orang tua, teman dan guru.

d.      Minat
Minat belajar dari dalam individu sendiri merupakan faktor yang sangat dominan dalam pengaruhnya pada kegiatan belajar, karena jika dalam diri individu tidak mempunyai kemauan atau minat untuk belajar maka pelajaran yang diterimanya hasilnya akan sia-sia.

2.      Faktor eksternal Siswa
Faktor eksternal adalah hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa. Menurut Resty Rahajeng (tanpa tahun) faktor eksternal dapat berupa lingkungan keluarga, masyarakat, guru, dan media pembelajaran.
a.       Lingkungan Keluarga
   Status ekonomi, status sosial, kebiasaan dan suasana lingkungan keluarga berpengaruh terhadap keberhasilan belajar.


b.      Lingkungan Masyarakat
Peran masyarakat sangat mempengaruhi anak dalam belajar. Setiap pola masyarakat yang mungkin menyimpang dengan cara belajar di sekolah akan cepat sekali menyerap dalam diri anak, karena ilmu yang didapat dari pengalamannya bergaul dengan masyarakat akan lebih mudah diserap oleh anak dari pada pengalaman belajarnya di sekolah. Jadi peran masyarakat akan dapat merubah tingkah laku anak dalam proses belajar
c.       Guru
Peran guru juga sangat berpengaruh dalam proses belajar anak. Cara guru mengajar sangat menentukan keberhasilan belajar. Sikap dan kepribadian guru, dasar pengetahuan dalam pendidikan, penguasaan teknik-teknik mengajar dan kemampuan menyelami alam pikiran setiap siswa merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena itu guru sebagai motivator, fasilitator, inovator dan konduktor masalah-masalah individu siswa perlu menjadi acuan selama proses pembelajaran berlangsung.
d.      Media Pembelajaran
Media pembelajaran seperti buku-buku pelajaran, alat peraga, alat-alat tulis juga mempengaruhi keberhasilan anak dalam belajar. Siswa akan cenderung berhasil apabila dibantu oleh media pembelajaran yang memadai. Media pembelajaran tersebut akan menunjang proses pemahaman anak. Pada dasarnya semua anak memiliki kemampuan, meskipun kemampuan setiap anak berbeda satu dengan yang lainnya. Pada saat anak mengalami kesulitan belajar dan mendapatkan nilai yang rendah sebaiknya orang tua atau guru tidak mengatakan bahwa anak tersebut bodoh atau gagal, akan tetapi mencari tahu apa penyebab dari masalah anak tersebut dan memberikan bantuan untuk mengatasi kesulitannya.

C.     Gejala-Gejala Kesulitan Belajar
Menurut Sudrajat (2009) kesulitan belajar dapat di manifestasikan dalam perilakunya, baik aspek psikomotorik, kognitif, konatif maupun afektif. Beberapa perilaku yang merupakan manifestasi gejala kesulitan belajar, antara lain:
1.      Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang di capai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang di milikinya.
2.      Hasil yang di capai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.
3.      Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang di sediakan.
4.      Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya.
5.      Menunjukkan perillaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak mau mencata pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan sebabainya.
6.      Menunjukkan gejala emosionalyang kurang wajar, seperti: pemurun g, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya.
Untuk dapat menetapkan gejala kesulitan belajar dan menandai siswa yang mengalami kesulitan belajar, maka diperlukan keiteria sebagai batas atau patokan, sehingga dengan kriteria ini dapat ditetapkan batas bagi siswa yang dapat diperkirakan mengalami kesulitan belajar.
D.  Upaya Untuk Mengatasi Kesulitan Belajar Matematika
Untuk mencegah atau mengatasi kesulitan belajar matematika pada anak di perlukan peran orang tua dan guru agar memberikan perhatian yang cukup kepada anak, sehingga kekurangan atau kelemahan-kelemahan mereka dapat di ketahui dan di atasi. Menurut Muhibbin Syah (2000) ada dua langkah yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengatasi kesulitan belajar matematika pada siswa. Kedua langkah pemecahan permasalahan kesulitan belajar matematika tersebut dapat di lakukan dengan dua pendekatan antara lain:
1.      Pendekatan yang pertama, yaitu penanganan matematika yang intensif, dapat dilakukan dengan teknik individualisasi yang dibantu tim. Pendekatan ini menggunakan pengajaran secara privat dengan teman sebaya (peer tutoring). Pendekatan ini mendasari tekniknya pada pemahaman bahwa kecepatan belajar seorang anak berbeda-beda, sehingga ada anak yang cepat menangkap, dan ada juga yang lama.
2.      Pendekatan yang kedua, yaitu jalan pintas, dengan memberikan kalkulator untuk menghitung. Pendekatan ini dilakukan untuk anak yang mengalami gangguan matematika yang disebabkan oleh gangguan fisiologis yaitu dyscalculia. Hal ini sederhana karena anak dengan problem dyscalculia tidak memiliki masalah dengan kaitan antara angka, akan tetapi lebih kepada menghitung angka-angka tersebut.


BAB III
 KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Kesimpulan dari kajian tentang kesulitan belajar matematika ini adalah:
1.      Faktor yang menyebabkan kesulitan belajar matematika dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
2.      Gejala kesulitan belajar matematika dapat dilihat dari perilaku, baik aspek psikomotorik, kognitif, konatif maupun afektif.
3.      Penangan kesulitan belajar matematika bisa dilakukan dengan dua pendekatan yaitu peer tutorial dan pendekatan dengan alat bantu menghitung.

B.     Saran
Saran yang dapat disampaikan melalui kajian kesulitan belajar matamatika ini adalah:
1.      Orang tua sebaiknya lebih memperhatikan kesulitan belajar anak dan membimbingnya dengan cara yang benar.
2.      Guru sebaiknya lebih teliti dalam mendiognosis penyebab kesulitan belajar matematika siswa supaya dapat ditangani dengan tepat.
3.      Kesulitan belajar matematika siswa membutuhkan kerjasama yang baik antara guru dan orangtua siswa supaya penanganan kesulitan belajar matematika dapat berhasil.
                                                   


DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Sudrajat, 2009. Kesulitan Belajar. Wordpress.com

Muhibbin Syah, 2000. Psikologi pendidikan. Remaja Rosdakarya: Bandung

http//www.kesulitanbelajar.org

Abu Ahmadi & Supriyono Widodo, 2004.  psikologi Belajar. Rineka Cipta:                   Jakarta.

M. Ngalin Purwanto, 1990. Psikologi Pendidikan. Remaja Rosdakarya: Bandung

Bimo Walgito, 1980. Pengantar Psikologi Umum. Andi: Yogyakarta



Tidak ada komentar:

Posting Komentar