Rabu, 25 Desember 2013

MAKALAH PENGERTIAN BELAJAR, TUJUAN DAN MASALAH BELAJAR DI SD

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Banyak orang yang belajar didunia ini. Namun sungguh dapat dipastikan bahwa dari sekian orang yang belajar. Yang hanya dilakukan adalah belajar dan belajar. Dan sebenarnya sebagian orang yang belajar sendiri tidak tau apa itu belajar ??. Apakah belajar itu hanya membaca, menulis dan berhitung ??. oh, itu sungguh salah. Belajar sesungguhnya bukan hanya sebatas itu.
Belajar memiliki arti sendiri. Dan begitu banyak tentang pengertian dari belajar itu sendiri. Belajar bukan hanya sekedar tau saja Belajar juga ada tujuaan belajarnya. Bukan hanya sekedar belajar saja. Dan juga penting untuk seorang guru mengetahui jenis-jenis masalah belajar di SD. Sehingga guru mampu mengkondisikan siswa-siswanya yang bermasalah dalam belajar.
Pemikiran inilah menjadi latar belakang betapa pentingnya seorang guru mampu memahami pengertian dari  belajar, tujuan belajar dan masalah-masalah belajar apa saja di SD.
B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah ;
1.      Apa yang dimaksud dengan pengertian belajar ?
2.      Apa tujuan belajar ?
3.      Apa Jenis-jenis masalah belajar di SD ?
C.    Tujuan
Dari pembahasan ini diharapkan agar ;
1.      Dapat mengerti dan memahami prngrtian dari belajar
2.      Mengetahui tujuan belajar
3.      Memahami jenis-jenis masalah belajar di SD
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Belajar
Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Didalamnya dikembangkan teori –teori yang meliputi teori tentang tujuan pendidikan, organisasi kurikulum, isi ‘kurikulum, dan modul-modul pengembangan kurikulum. (DR. H Syaiful Sagala, M.Pd.,2008)
Sedangkan menurut Morgan, et.al (1986) belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman. Pendapat ini serupa dengan pendapat Cronbach (Suryobroto, 1983) yakni “Learning is shown by a change in behavior as results of experience, dan pendapat Mazur dan Rocklin (Slavin, 1997) bahwa : Learning is usually defined as a change in an individual caused by experience. Demikian juga Reber (1988) yang mengemukakan bahwa “Learning is a relatively permanent change in response potentiality which occurs as a result of reinforced practice”, belajar merupakan suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif tetap sebagai hasil latihan yang diperkuat.
Ormrod (1995) mendeskripsikan adanya dua definisi belajar yang berbeda. Difinisi pertama menyatakan bahwa, Learning is relatively permanent change in behavior due to experience, belajar merupakan perubahan perilaku yang relatif permanen karena pengalaman. Sedangkan definisi kedua menyatakan bahwa,Learning is relatively permanent change in mental associations due to experience”, belajar merupakan perubahan mental yang relative permanen karena pengalaman. Sehingga, belajar diartikan sebagai tahapan aktivitas yang menyebabkan terjadinya perubahan perilaku dan mental yang relatif sebagai bentuk respon terhadap situasi dan interaksi dengan lingkungan.
Pengertian- pengertian ini memperlihatkan adanya beberapa karakteristik, bahwa :
a.      Belajar merupakan suatu aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar.
b.     Perubahan tersebut berupa kemampuan baru dalam memberikan tanggapan terhadap suatu rangsangan.
c.      Perubahan itu terjadi secara permanen.
d.     Perubahan tersebut terjadi bukan karena proses pertumbuhan atau kematangan fisik,  melainkan karena usaha sadar.
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Dimyati dan Mudjiono (1996:7) mengemukakan bahwa penentu dari proses belajar adalah siswa. Selain itu Hilgard dan Marquis berpendapat bahwa belajar merupakan proses pencarian ilmu dalam diri sendiri melalu latihan, pembelajaran, dan yang lainnya sehingga terjadi perubahan dalam diri. James L. Mursell mengemukakan belajar adalah upaya yang dilakukan dengan mengalami, mencari, menelusuri dan memperoleh sendiri apa yang kita inginkan.
Menurut Gage (1984) belajar adalah sebagai suatu proses dimana seorang individu berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Sedangkan Henry E. Garret berpendapat, belajar merupakan proses yang terjadi dalam jangka waktu yang lama melalui latihan yang membawa terjadinya perubahan dalam diri sendiri. Kemudian Lester D. Crow mengemukakan bahwa belajar ialah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap-sikap. (DR. H Syaiful Sagala, M.Pd.,2008)
Selanjutnya berikut ini pendapat beberapa ahli pendidikan dan psikologi tentang belajar yaitu:
1.      Belajar menurut pandangan Skinner
Belajar menurut pandangan B. F. Skinner (1958) merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam peluang munculnya respon. 
2.       Belajar menurut pandangan Robert M. Gagne
Meunurut Robert M. Gagne (1970), belajar merupakan perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja.
3.       Belajar menurut pandangan Piaget
Jean Piaget seorang psikologis Swiss (1896-1980) mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian belajar adalah perubahan struktural yang saling melengkapi antara proses penyesuaian dan penyusunan kembali (pengubahan) informasi baru terhadap informasi yang telah kita miliki sehingga informasi baru tersebut dapat disesuaikan dengan baik.
4.      Belajar menurut pandangan Carl R. Rogers
Menurut pendapat Carl R. Rogers (ahli psiko terapi) belajar adalah suatu kebebasan atau kemerdekaan untuk mengetahui sesuatu yang baik dan yang buruk, tetapi dengan penuh tanggung jawab.
5.      Belajar menurut pandangan Benjamin Bloom
Menurut Benjamin Bloom (1956) belajar adalah perubahan kualitas kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik untuk meningkatkan taraf hidupnya sebagai pribadi, sebagai masyarakat, maupun sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa.
6.       Belajar menurut pandangan Jerome S. Bruner
Jerome S. Bruner (1960) seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi belajar kognitif. Menurutnya belajar adalah suatu cara bagaiman orang memilih, mempertahankan, dan mentransformasi informasi secara efektif.
Bertitik tolak dari pandangan para ahli tersebut yang berbeda-beda, namun diantara mereka terdapat kesamaan makna dari pengertian belajar yaitu menunjukkan kepada ”suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu”. Hal-hal pokok dalam pengertian belajar adalah belajar itu membawa perubahan tingkah laku karena pengalaman dan latihan, perubahan itu utamanya didapat karena kemampuan baru, dan perubahan itu terjadi karena disengaja.
B.     Tujuan Belajar
Tujuan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi perubahan tingkah laku dari individu setelah individu tersebut melaksanakan proses belajar. Melalui belajar diharapkan dapat terjadi perubahan (peningkatan) bukan hanya pada aspek kognitif, tetapi juga pada aspek lainnya. Selain itu tujuan belajar yang lainnya adalah untuk memperoleh hasil belajar dan pengalaman hidup. Benyamin S Bloom, menggolongkan bentuk tingkah laku sebagai tujuan belajar atas tiga ranah, yakni:
1.     Ranah kognitif berkaitan dengan perilaku yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah. Ranah kognitif menurut Bloom, et.al (Winkel, 1999; Dimyati & Modjiono, 1994) dibedakan atas 6 tingkatan dari yang sederhana hingga yang tinggi, yakni:
a.      Pengetahuan (knowledge), meliputi kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan.
b.     Pemahaman (comprehension), meliputi kemampuan menangkap arti dan makna dari hal yang dipelajari. Ada tiga subkategori dari pemahaman, yakni:
1)     Translasi, yaitu kemampuan mengubah data yang disajikan dalam suatu bentuk ke dalam bentuk lain.
2)      Interpretasi, yaitu kemampuan merumuskan pandangan baru
3)      Ekstrapolasi, yaitu kemampuan meramal perluasan trend atau kemampuan meluaskan trend di luar data yang diberikan
c.      Penerapan (aplication), meliputi kemampuan menerapkan metode dan  kaidah untuk     menghadapi masalah yang nyata dan baru.
d.     Analisis (analysis), meliputi kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Analisis dapat pula dibedakan atas tiga jenis, yakni:
1)      Analisis elemen, yaitu kemampuan mengidentifikasi dan merinci elemen-elemen dari suatu masalah atau dari suatu bagian besar.
2)      Analisis relasi, yaitu kemampuan mengidentifikasi relasi utama antara elemen-elemen dalam suatu struktur.
3)      Analisis organisasi, yaitu kemampuan mengenal semua elemen dan relasi dari struktur kompleks.
e.      Sintesis (synthesis), meliputi kemampuan membentuk suatu pola baru dengan memperhatikan unsur-unsur kecil yang ada atau untuk membentuk struktur atau sistem baru. Dilihat dari segi produknya, sintesis dapat dibedakan atas:
1)      Memproduksi komunikasi unik, lisan atau tulisan
2)      Mengembangkan rencana atau sejumlah aktivitas
3)      Menurunkan sekumpulan relasi-relasi abstrak
f.      Evaluasi (evaluation), meliputi kemampuan membentuk pendapat tentang sesuatu atau beberapa hal dan pertanggungjawabannya berdasarkan kriteria tertentu.
2.     Ranah afektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, minat, aspirasi dan penyesuaian perasaan sosial. Ranah efektif menurut Karthwohl dan Bloom (Bloom.,et.al,1971) terdiri dari 5 jenis perilaku yang diklasifikasikan dari yang sederhana hingga yang kompleks, yakni:
a.      Penerimaan (reseving) yakni sensitivitas terhadap keberadaan fenomena atau stimuli tertentu, meliputi kepekaan terhadap hal-hal tertentu, dan kesediaan untuk memperhatikan hal tersebut.
b.     Pemberian respon (responding) yakni kemampuan memberikan respon secara aktif terhadap fenomena atau stimuli.
c.      Penilaian atau penentuan sikap (valuing) yakni kemampuan untuk dapat memberikan penilaian atau pertimbangan terhadap suatu objek atau kejadian tertentu.
d.     Organisasi (organization), yakni konseptualisasi dari nilai-nilai untuk menentukan keterhubungan diantara nilai-nilai.
e.       Karakterisasi, yakni kemampuan yang mengacu pada karakter dan gaya hidup seseorang.
3.     Ranah psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan (skill) yang bersifat manual dan motorik. Ranah psikomotor menurut Simpson (Winkel, 1999;Fleishman & Quaintance, 1984) dapat diklasifikasikan atas:
a.      Persepsi (perception), meliputi kemampuan memilah-milah 2 perangsang atau lebih berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing perangsang.
b.     Kesiapan melakukan suatu pekerjaan (set), meliputi kemampuan menempatkan diri dalam keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan.
c.      Gerakan terbimbing (mechanism), meliputi kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh atau gerak peniruan.
d.     Gerakan terbiasa, meliputi kemampuan melakukan suatu rangkaian gerakan dengan lancar, karena sudah dilatih sebelumnya.
e.      Gerakan kompleks (complex overt response), meliputi kemampuan untuk melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari beberapa komponen secara lancar, tepat, dan efisien.
f.      Penyesuaian pola gerakan (adaptation), meliputi kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku.
g.      Kreativitas, meliputi kemampuan melahirkan pola gerak-gerik yang baru atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.

C.     Jenis Masalah Belajar di SD
A. Pengertian masalah
Banyak ahli yang mengungkapkan pengertian masalah, ada yang melihat masalah sebagai ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihatnya sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seorang dan ada pula yang mengartikan sebagai suatu hal yang tidak mengenakkan. Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan”.
B.     Ciri-ciri masalah
Prayitno (1985) mengemukakan ciri-ciri masalah ialah:
    1. Masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya.
    2. Menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain.
    3. Ingin atau perlu dihilangkan.
Setiap masalah yang dialami seseorang biasanya mengandung satu atau lebih ciri diatas. Untuk mendalami hal tersebut kita dapat melihat diri sendiri sebagai contoh. Adakah suatu hal, kejadian suasana atau gejala yang tidak disukai adanya, yang dapat menimbulkan kesulitan atau kerugian bagi diri sendiri ataupun bagi orang lain dan atau ingin dihilangkan. Jika ada maka hal itu bisa dikatakan sebagai ciri-ciri adanya masalah pada diri sendiri.
Masalah seperti diatas dapat terjadi pada siapa saja, termasuk murid sekolah dasar. Masalah itu perlu diupayakan penanggulangannya.
C. Jenis-jenis masalah
Jenis-jenis masalah yang dialami murid sekolah dasar bisa bermacam-macam. Prayitno (1985) menyusun serangkaian masalah murid sekolah dasar. Masalah-masalah itu diklarifikasikan atas:
    1. masalah perkembangan jasmani dan kesehatan.
    2. masalah keluarga dan rumah tangga.
    3. masalah-masalah psikologis.
    4. masalah-masalah social.
    5. masalah kesulitan dalam belajar.
    6. masalah motivasi dan pendidikan pada umumnya.
Masalah masalah belajar memiliki bentuk yang beragam, menurut Prayitno, mengemukakan masalah-masalah belajar sebagai berikut:
1.      kemampuan akademik, yaitu keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal.
2.      ketercepatan dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki IQ 130 atau lebih tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajar yang amat tinggi itu.
3.      sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus.
4.      kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang kurang bersemangat dalam belajar mereka seolah-olah tampak jera dan malas.
5.      bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar, yaiti kondisi siswa yang perbuatan dan kegiatan belajarnya sehari-hari antagonistic dengan yang seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahuinya dan sebagainya.

Selain yang dikemukankan diatas, berikut ini juga masalah-masalah yang ada di SD :
1.       Learning Disorder atau kekacauan belajar
Adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
2.      Learning Disfunction
Merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
3.      Under Achiever 
Mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
4.      Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar 
Mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
Bila diamati, ada sejumlah siswa yang mendapat kesulitan dalam mencapai hasil belajar secara tuntas dengan variasi dua kelompok besar. Kelompok pertama merupakan sekelompok siswa yang belum mencapai tingkat ketuntasan, akan tetapi sudah hampir mencapainya. Siswa tersebut mendapat kesulitan dalam menetapkan penguasaan bagian-bagian yang sulit dari seluruh bahan yang harus dipelajari.
 
 
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu untuk sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Perubahan-perubahan tersebut dapat dilihat dari penguasaan pola-pola respons terhadap lingkungan disekitarnya, yang berupa ketrampilan-ketrampilan, sikap, kecakapan, pengetahuan, pengalaman, dan apresiasi.secara komprehensif belajar mempunyai pengertian usaha untuk memperoleh perubahan tingkah laku.perubahan yang terjadi dalam preses ini adalah sifatnya, karena tidak setiap perubahan yang dialami oleh anak didik diartikan sebagai belajar. Pemahaman tentang bimbingan belajar sangat penting untuk difahamkan kepada peserta didik, sesuai dengan tujuan dan jenis-jenis masalah belajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar